Dia tak lagi menyapaku. Kamu mendiamkanku sekian lama. Aku merasa
perih setiap kali dia melihatku. Aku merasa bukan siapa-siapa. Dulu dia pernah
jadi temanku. Setidaknya, dia selalu dikelilingi teman-temanku. Aku tau, aku
tidak biasa. Namun aku hanya menyapa yang aku kenal.
Kecemburuannya membuatku disia-siakan. Urusanku
terbengkalai. Dua tahun aku menunggu keajaiban. Aku kira, dia membuat hidupku
mudah. Aku pikir dia benar-benar mendukungku.
Suaraku tak lagi menyapanya bersahabat. Aku tak kuasa
menahan rasa kesalku. Tidak ada riang tawaku mengenai kami.
“Makan tuuu lidah!”
Aku tak yakin dia mengatakan itu. Setelah kau akrab
mencurahkan semua perasaanmu. Dia menghardiku, aku merasa ada geledek di siang
bolong. Aku terhina. Tidak akan pernah kembali untuk bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar