Dia jahat! Sejak perpisahan kita kemarin dia hanya
melambungkan khayalan ABG labil. Aku tidak menghiraukannya. Hanya dengan
latihan terus menerus aku menjalani apa yang harus aku jalani. Tugasku
menumpuk. Ada beberapa pasang mata yang menunggu keberhasilanku. Hanya karena
aku ingin, aku yakin punya kesempatan.
Bertanya bukan lagi yang seharusnya aku lakukan. Aku hanya
perlu kesungguhan untuk terus melakukannya. Pertahanan tubuhku di malam hari
tak kuhiraukan. Stamina menulisku harus prima. Sebelum menulis, aku harus tahan
menatap barisan kata-kata sulit. Mendengarkan bagaimana orang
mengucapkannya. Dan aku tau bukan
pemborosan jika aku rajin untuk sempurna.
Kertas latihanku berminggu lalu kubaca lagi. Entah angin apa
mengenai kecepatan ini. Selembar demi lembar aku membacanya. Hatiku terluka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar